Hountou ni, Baka!~ 13: Menang & Kejutan, Air Mata Jefri
Hountou ni, Baka!~ 13: Menang & Kejutan, Air Mata Jefri.
"Kabar gembira untuk kalian semua. Sekolah Tokushu mengundang sekolah ini untuk ikut berpartisipasi dalam perlombaan yang mereka adakan" ucap kepala sekolah didepan semua muridnya yang sedang berada didalam kelas.
"Perlombaan apa, Sensei?" tanya Aldi.
"Lomba yang diadakan hanya matematika yang menggunakan bahasa inggris. Ini lomba cepat tepat yang diikuti oleh 3 orang perwakilan" balas kepala sekolah.
"Kira-kira siapa yang ingin mengikuti perlombaan ini?. Ingat, ini untuk kemajuan sekolah kita" tambahnya.
Jefri menoleh kearah Michelle, karena menurutnya Michelle lah yang pintar matematika juga mahir berbahasa inggris.
"Kamu gak mau coba ikut?" tanya Jefri kepada Michelle.
Michelle menoleh kearah Jefri. "Gak mau, kamunya juga pasti gak ikut kan?"
"Aku gak bisa matematika, bahasa inggris ku juga masih seadanya" balasnya.
Aswid mengangkat tangannya, dibarengi dengan Hiroyuki yang juga ingin mengikuti perlombaan itu. Dua Matsui ingin menunjukkan dirinya sebagai marga yang bisa diandalkan untuk membanggakan sekolah.
"Oh iya, bukan tidak mau memilih keduanya, tetapi aku hanya ingin satu Matsui yang mengikuti. Mungkin kali ini Aswid dan Hiroyuki digantikan oleh Meru, bagaimana?" saran kepala sekolah.
"Loh kok aku?" tanya Meru, karena menurutnya dirinya tidak cocok untuk perlombaan itu.
"Menurut Ryota, kamu juga salah satu murid yang pintar menghafal dan memahami rumus. Dan tentang bahasa inggris, setauku dinegara asalmu rata-rata mahir berbahasa inggris" balas kepala sekolah.
"Baiklah, akan aku ikuti semaksimal mungkin"
~~
Dua sudah terpilih, tidak ada lagi yang mengangkat tangannya. Semuanya saling pandang, berharap ada satu murid lagi yang mengangkat tangannya.
"Tuh kurang satu lagi" ucap Jefri kepada Michelle, masih mencoba merayunya agar mau ikut lomba itu.
"Tapi, nanti akunya sendirian. Akunya jadi gak fokus kerjainnya" balas Michelle masih saja menolak ajakan Jefri.
"Aku ikut anterin kamu deh"
"Gak mau, aku maunya kamu juga ikut duduk disamping aku" balasnya.
"Tapi-"
"Pokoknya aku maunya kamu juga ikut!" balasnya kembali, suaranya sedikit keras, membuat Jefri tidak berani membalasnya kembali.
Jefri dengan terpaksa mengangkat tangannya, dia juga ingin membanggakan sekolahnya itu, meski dirinya tidak terlalu memiliki bakat untuk lomba itu. Ditambah Michelle dan yang lainnya tidak ada yang mengangkat tangannya.
"Aku ikut!" ucap Jefri. Michelle menatap kearah Jefri, merasa bersalah karena tidak mau ikut lomba itu.
"Baik, setelah pelajaran ini, 3 murid yang mengikuti lomba harus pergi keruangan kepala sekolah. Ryota akan memberi sedikit materi dan aku juga akan menambahkan beberapa informasi lebih lengkap tentang lomba ini" ucap kepala sekolah. Lalu keluar dari kelas itu dan kembali keruangannya.
~~
"Jefri-Kun" sapa Michelle.
"Iya?"
"Kamu marah ya sama aku?" tanya Michelle, karena setelah penolakkannya, Jefri tidak lagi menoleh kearahnya.
"Marah?"
"Kamu marah ya akunya gak mau ikut lomba itu?" tanya Michelle kembali.
"Aku sedikit kecewa sih, tapi aku gak marah kok" balasnya.
"Maafin aku ya, aku jadi mau ikut kok" ucap Michelle, karena menurutnya Jefri sangat terpaksa ikut lomba itu.
"Jangan deh, kamu seperti terpaksa gitu jadinya" balasnya.
"Tapi akunya mau ikut beneran kok, akunya gak enak sama kamunya" ucapnya dengan serius. Michelle sangat ingin ikut perlombaan itu. Itung-itung sebagai penebus kesalahannya.
"Kamu yakin?" tanya Jefri. Michelle membalasnya dengan anggukan.
~~
Pelajaran itu selesai. Aswid, Meru, Jefri dan Michelle pergi keruangan kepala sekolah, sesuai dengan apa yang diperintahkan kepala sekolah.
Diruangan itu terdapat 5 meja dan kursi. Dua meja dan kursi didepan, tepat didepan papan tulis diruangan itu. Dan tiga sisanya berada didepan dua meja itu, saling berhadapan.
Guru Koike dan Ryota menempati dua kursi didepan. Sementara tiga sisanya ditempat oleh Aswid, Meru dan Michelle. Sementara Jefri masih berdiri disamping Michelle.
"Kenapa Michelle juga ikut?" tanya kepala sekolah. Karena sebelumnya hanya Aswid, Meru dan Jefri yang mau mengikuti perlombaan itu.
"Aku gantiin Jefri-Kun boleh kan?" tanyanya.
"Itu tergantung dengan Jefri nya" balas kepala sekolah.
"Tidak masalah aku digantikan Michelle, aku lebih senang jika Michelle yang mengikutinya" ucap Jefri.
"Baiklah, sebenarnya aku sudah tau kalau Jefri mengangkat tangannya dengan terpaksa. Kau ingin membanggakan sekolah ini kan?" tanya kepala sekolah kepada Jefri.
"Sesuai dengan yang kau pikirkan, Aku ingin berguna bagi sekolah. Setidaknya aku harus bisa menyamai kakakku yang dikenal karena kepintarannya" balas Jefri.
"Ya ampun, kau tidak harus melakukan hal bodoh seperti itu. Kau jangan terlalu berambisi, karena kalau gagal dan kau tidak bisa bangkit, maka akan sangat menyakitkan" ucap Ryota karena adiknya masih saja ingin disamai dengannya.
"Iyaa. Hampir saja aku melakukan hal bodoh" balasnya.
"Baiklah. Sesuai dengan perkataanku tadi, aku akan mejelaskan secara lengkap tentang perlombaan ini"
"Yang pertama, perlombaan akan diselenggarakan di Tokushu. Tempatnya cukup jauh dari sini, dan perlombaan dari dilangsungkan sore, setelah pulang sekolah hari ini!" ucap kepala sekolah, dibarengi dengan ekspresi tidak percaya keempat orang yang berada diruangan itu.
"Hari ini?" tanya Aswid tidak percaya, perlombaan itu dilombakan hari ini, sangat-sangat mendadak.
"Sore? Artinya akan selesai malam hari?" tanya Jefri.
"Ya begitulah. Dan sayangnya aku dan Ryota tidak bisa mengantar dan menjemput kalian jika sore hari. Aku ada urusan sekolah, dan Ryota akan membuat kue untuk ulang tahun temannya. Jadi, Aswid bisa mengantar Meru dan Jefri bisa mengantar Michelle menggunakan kendaraan kalian" balas Guru Koike, alias kepala sekolah.
"Tapi Sensei, aku harus izin dulu dengan mamiku, nanti akunya dimarahin kalau pulang malam" ucap Michelle.
"Tidak masalah. Kalian silahkan pulang kerumah terlebih dahulu, meminta izin dan kembali kesekolah. Usahakan berangkat bersama-sama" balas kepala sekolah.
"Baik!"
"Oke, selanjutnya Ryota akan memberi sedikit kisi-kisi soal yang akan keluar ketika perlombaan. Menurutnya, kisi-kisi ini yang paling sering keluar saat perlombaan, itu berdasarkan pengalamannya" ucap kepala sekolah.
"Baiklah, Koike-Senpai-"
"Tidak usah menggunakan 'senpai" balas Guru Koike.
~~
Akhirnya materi yang diberikan oleh Ryota selesai. Michelle, Meru dan Aswid sudah memahami materi itu, sudah siap menghadapi lomba itu.
Jefri dan Aswid mengantarkan Michelle dan Meru pulang untuk meminta izin kepada orang tua keduanya. Lalu kembali kesekolah untuk pergi ke Tokushu bersama-sama.
Setelah kembali berkumpul, mereka berempat langsung menuju ke Tokushu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh kepala sekolah.
Perjalan cukup jauh, hingga sepuluh menit berlalu dan mereka berempat sampai disekolah itu. Sudah sangat ramai sekali murid yang akan mengikuti perlombaan.
Bukan hanya lomba LCT, ada juga lomba futsal, basket, desain grafis, blog, photographer, mading. Namun Shareta hanya mengirim perwakilan dari lomba LCT saja, karena kurangnya murid yang bisa mengikuti semua perlombaan itu.
"Aku jadi pessimis loh" ucap Michelle, karena banyaknya murid dari sekolah lain.
Jefri menepuk pelan kepala Michelle. "Gak boleh pessimis, harus optimis. Kamu itu punya bakat loh" balas Jefri.
"Tapi, Jefri-Kun--"
"Gak ada tapi-tapi lagi. Nanti kalau menang aku traktir makanan deh"
"Oke deh, aku gak bisa nolak kalau soal itu" balas Michelle sembari mengacungkan kedua jempol tangannya kearah Jefri.
~~
Sesuai jadwal, lomba LCT baru dimulai pukul empat tepat. Alhasil mereka harus menyaksikan beberapa lomba yang sudah dimulai terlebih dahulu. Keempatnya setuju untuk menonton futsal terlebih dahulu.
Hingga akhirnya suara panggilan untuk peserta lomba LCT terdengar. Mereka berempat berjalan keruangan yang sudah diberitahu bersamaan dengan panggilan sebelumnya.
"Kamu yang semangat yaa" ucap Jefri kepada Michelle. Michelle membalasnya dengan senyuman.
"Tenang, kalau menang piala ini akan aku berikan untukmu" ucap Meru, diikuti anggukan dari Aswid, tanda dia menyetujui perkataan Meru.
"Terima kasih"
~~
Meru, Michelle dan Aswid masuk kedalam ruangan itu. Ruangan yang cukup luas, itu adalah aula sekolah itu. Didalamnya sudah terdapat 29 peserta lomba lainnya yang sudah sangat siap untuk saling beradu kepintaran.
Mereka bertiga setuju memilih nomor 28. Selain hanya tempat itu yang kosong, nomor 28 juga angka yang sangat disukai oleh Michelle, dan lebih dekat dengan jendela luar. Mempermudah Michelle untuk melihat kearah Jefri.
Panitia lomba membagikan soal keseluruh peserta dengan tertutup, setelah itu menjelaskan beberapa peraturan lomba yang harus diikuti.
Hingga pukul empat lewat dua puluh, perlombaan itu dimulai! Semua peserta mulai membuka soal itu. Terdapat 50 soal dan batas waktu hingga pukul tujuh malam, artinya 50 soal dalam waktu dua setengah jam.
Ini adalah ujian pertama, alias babak penyisihan. Dari ujian ini akan diambil 3 kelompok yang akan langsung melaju kefinal untuk mendapatkan piala yang cukup besar.
~~
Satu jam setengah berlalu~ ada 5 kelompok yang sudah menyelesaikan semuanya, dan mengumpulkan soal itu kepantia yang mengawas.
Hal itu menambah kecemasan kelompok Aswid. Mereka bertiga sedikit 'down karena masih banyak soal yang belum dikerjakan. Sementara Michelle terus-menerus menoleh kearah jendela ketika pikirannya mentok dan sulit menemukan jawaban. Jefri terus memberikan Michelle semangat!.
~~
Dua jam setengah berlalu~ hampir semua kelompok sukses menyelesaikan 50 soal itu, hanya menyisakan beberapa kelompok lagi.
Kelompok Aswid juga berhasil menyelesaikan semuanya.
Waktu habis!! Semua soal sudah dikumpulkan. Soal itu langsung dikoreksi menggunakan komputer dan langsung mendapatkan 3 kelompok yang akan melaju kebabak berikutnya.
1. Tokushu (90), peringkat pertama dari sekolah tuan rumah.
2. Baka (89), kedua adalah rival dari Shareta.
3. Shareta (87), hasil itu disambut teriakan gembira dari Aswid, Meru dan Michelle. Juga senyum dari Jefri.
Semua peserta diperbolehkan keluar dari ruang itu.
Michelle berlari kearah Jefri dan memeluknya, lalu menangis dipelukannya itu.
"Eh, Michelle kenapa?" tanya Jefri membalas pelukan itu.
"Terima kasih yaa, akunya senang bangett.." ucapnya.
"Tidak perlu menangis seperti itu, ini dilihat orang ramai loh" balas Jefri.
"Tapi akunya senang banget"
"Iyaa. Selamat ya, tapi perjuanganmu gak hanya sampai disini. Masih ada final, dan aku harap kamunya lebih semangat lagi" ucap Jefri mulai melepaskan pelukan itu.
"Hmm, aku janji akan menang dilomba ini" balasnya, mulai menghapus air matanya, lalu tersenyum kembali. Jefri membalas senyuman itu.
~~
Hingga pukul delapan malam, perserta final lomba LCT kembali dipanggil untuk menuju keruang aula 2. Ruangan yang lebih kecil dan tidak memiliki jendela seperti sebelumnya.
Diruang itu sudah disusun tiga bangku dan meja untuk ketiga kelompok final LCT. Panitia kembali menjelaskan peraturan lomba.
"Siapa yang paling cepat menekan tombol, dia yang diperbolehkan menjawab. Waktu mencari jawaban hanya 5 menit, tidak boleh menggunakan kakulator, hanya diperbolehkan menggunakan kertas dan pena"
"Apabila bisa menjawab dengan tepat, akan mendapatkan point 10, dan jika salah atau tidak bisa menjawab akan dikurangi 5 point. Jadi lebih berhati-hati dalam menjawab" ucap panitia. Dibalas dengan anggukan ketiga kelompok itu.
"Baik. Final dimulai!!"
~~
Hingga satu jam berlalu~ point milik Shareta tertinggal 5 point dari Baka. Sementara Tokushu tertinggal 30 point dari Shareta, dan soal hanya menyisakan satu soal lagi. Jadi yang masih memiliki kesempatan hanyalah Shareta dan Baka.
Soal terakhir. Tokushu menekan tombol terlebih dahulu, namun tidak berhasil menjawabnya. Soal dilempar ke Shareta atau Baka, namun tidak ada yang berani menjawabnya.
Karena panik, Michelle menekan bel miliknya dengan tidak sengaja.
"Oke, untuk Shareta 5 menit dari sekarang" ucap panitia itu.
Hal itu menambah kepanikan Michelle, Meru dan Aswid. Soal itu belum pernah dipelajarinya, ditambah Michelle tidak mendapatkan semangat dari Jefri.
"Waktu tersisa 10 detik" ucap panitia.
"28! Jawabannya 28!" ucap Michelle dengan keras. Tidak peduli jawaban itu benar atau salah.
"Yap, benar!"
"Hah?" Michelle bingung.
"Benar?"
"Iya, jawaban mu benar" ucap panitia itu meyakinkan.
Michelle berteriak sejadi-jadinya, bahkan memeluk Meru cukup erat. Sementara Aswid menghela nafasnya, jawaban asal itu ternyata benar.
Belum diperbolehkan meninggalkan ruangan itu, Michelle langsung berlari meninggalkan ruangan itu.
"Jefri-Kun! Aku me-" ucapannya terhentikan, karena ketika pintu terbuka, Jefri tidak ada disekitar tempat itu.
"Eh?"
Michelle mengecek smartphonenya, ada pesan singkat dari Jefri.
"Michelle~ maaf ya gak bilang-bilang aku pulangnya, kakakku minta tolong bantuin buat kue, nanti aku jemput kok kalau lombanya udah selesai. Semoga menang yaa, semangat!" isi pesan singkat itu.
"Dasar bodoh! Tinggalin aku aja bisanya" balas Michelle dalam hatinya.
Meru, Aswid dan lainnya keluar dari ruangan itu. Meru mendekat kearah Michelle, tau jika Jefri meninggalkan Michelle.
"Kelapangan yuk, pemenang lomba akan diumumkan loh" ucap Meru.
"Ah iya" balas Michelle.
Semua peserta lomba berkumpul dilapangan yang luas. Lapangan yang sudah disediakan kursi yang sanga banyak.
Satu-persatu perwakilan kelompok dari juara 3 hingga 1 dipanggil untuk mengambil hadiah lomba.
Shareta diwakilkan oleh Aswid, karena Meru dan Michelle tidak berani mengambil hadiahnya itu.
~~
Akhirnya acara selesai!~
"Piala ini Michelle aja yang bawa. Aku sudah janji akan memberikannya ke Jefuuri-Kun mu" ucap Meru.
"Ah iya, terima kasih ya" balas Michelle.
"Ngomong-ngomong, Jefuuri-Kun mu itu masih lama tidak jemputnya?" tanya Meru karena Jefri masih belum juga menjemput Michelle.
"Aku juga tidak tau, kalian pulang duluan aja. Biar aku tunggu Jefri-Kun disini" balas Michelle.
"Oke, aku duluan ya" ucap Meru.
Aswid mengambil motornya, lalu mengantarkan Meru pulang kerumahnya. Sementara Michelle, mulai menekan beberapa tombol pada smartphonenya, Michelle coba untuk menelepon Jefri.
Telepon itu terhubung, tetapi tidak diangkat oleh Jefri. Hingga panggilan ke-7, masih belum ada respon dari Jefri.
"Ya ampun, kamu sedang apa sih?"
Michelle masih mencoba menghubungi Jefri. Sementara itu, hujan mulai turun dengan derasnya.
~~
Jefri masih membantu kakaknya membuat kue, tinggal beberapa proses lagi tetapi masih memakan waktu yang cukup lama.
Smartphonenya terus bergetar karena ada panggilan dari Michelle, namun tidak terdengar olehnya, karena sedang sibuk bercanda ria dengan kakaknya.
~~
Satu jam berlalu. Michelle semakin gelisah dan ketakutan, ditambah hujan yang masih turun dengan deras dan kegelapan yang menyeramkan menyelimuti dirinya.
"Ah iya, Jefri-Kun membawakan aku payung" ucapnya. Michelle mengeluarkan payung pemberian Jefri ketika ingin berangkat tadi dari tasnya, ternyata memang benar ada gunanya payung itu.
"Lebih baik aku pulangnya jalan aja deh" ucapnya kembali.
Michelle menaruh smartphonenya kedalam tas yang digendongnya. Lalu membuka payung itu dan berjalan perlahan ditengah derasnya hujan.
"Walaupun ku pakai payung, pipiku pun tetap basah~ diri ini, tak berdayaa" Michelle menangis, Jefri tidak bisa dihubungi, hari sudah malam ditambah hujan deras dan sudah tidak angkutan umum yang melintas.
Tidak jauh dari sekolah itu, angin kencang menghembuskan payung yang sedang digenggam Michelle.
"Akkh!!" payung itu terpental jauh, Michelle basah kuyub terkena derasnya air hujan yang turun.
Michelle kembali menangis. Michelle jatuh dijalan yang dilaluinya itu. Air matanya bercampur dengan air hujan, tidak ada yang melihatnya dan menolongnya. Michelle benar-benar sendirian.
~~
Tugas membantu Ryota selesai. Jefri menghampiri smartphonenya, terdapat 10 panggilan tak terjawab dari Michelle, juga pesan singkat dari.
"Ya ampun, aku lupa menjemput Michelle!" ucap Jefri.
"Michelle belum pulang?" tanya Ryota karena tidak tau jika Michelle masih ditempat perlombaan.
"Sepertinya begitu"
"Sebaiknya kau cepat menjemputnya, tidak baik seorang gadis sendirian malam-malam seperti ini, dan juga hujan ini belum juga reda" balas Ryota.
"Kau bisa membawa mobilku" tambah Ryota.
"Terima kasih"
Jefri dengan cepat menuju kearah sekolah itu. Dengan jaket hitam yang menyelimuti tubuhnya.
~~
"Jefri-Kun.. kamunya kemana sih, akunya sendirian nih. Kamunya udah lupa ya sama aku" ucap Michelle. Michelle kembali berdiri sembari membawa pialanya itu, airmata terus mengalir bercampur dengan derasnya air hujan.
Michelle kembali berjalan perlahan. Tangannya memeluk dirinya sendiri yang kedinginan akibat hujan itu. Hingga sebuah jaket datang untuk dirinya berteduh ditengah hujan.
"Maaf, aku terlambat" ucap Jefri, langsung menuntun Michelle kearah mobil yang dibawanya.
Mereka berdua masuk kedalam mobil itu dengan tubuh yang sama-sama basah.
"Maaf ya.." ucap Jefri kembali.
Michelle masih tidak membalasnya. Tangannya disilangkan didepan dadanya, dengan jaket yang menutupi tubuhnya.
"Michelle.." sapa Jefri. Michelle masih tidak membalasnya, bahkan tidak menoleh kearah Jefri.
Jefri melihat sebuah piala yang masih dipegang oleh Michelle. Jefri tersenyum, lalu memeluk Michelle dari samping. Michelle menoleh kearah Jefri karena pelukan itu.
"Jefri-Kun.." ucapnya bingung karena Jefri memeluknya tiba-tiba.
"Terima kasih ya" balas Jefri, membuat Michelle semakin tidak mengerti.
"Terima kasih untuk apa?" tanyanya.
"Piala itu karena kemenanganmu kan?"
Michelle menggerakkan tangan yang sedang memegang piala itu, sedari tadi dirinya tidak sadar jika dia memegang piala itu.
"Eh iya, akunya lupa" balasnya melepaskan pelukan Jefri, lalu memberikan piala itu ke Jefri.
"Ini buat kamu" ucapnya.
"Buat aku?" tanya Jefri.
"Iya, piala ini untuk kamu aja" balasnya.
Jefri menerima pemberian Michelle itu, piala yang sangat tinggi dan cukup berat. Lalu Jefri kembali memberikannya ke Michelle.
"Sebagai penebus kesalahan ku, kamu aja yang bawa ya" ucap Jefri.
"Tapi-"
"Kamu simpan sampai nanti piala ini berada dirumah kita bersama ya" Jefri memotong ucapan Michelle.
Karena ucapan itu, mata Michelle kembali berkaca-kaca. Dirinya tidak sanggup menerima piala itu kembali.
"Jefri-Kun.." Michelle langsung memeluk Jefri, dibarengi dengan air matanya yang mengalir sangat deras, seperti hujan yang masih saja turun dengan derasnya.
"Eh?" Jefri terkejut, namun tidak butuh lama Jefri membalas pelukan Michelle itu.
"Maafin aku ya.." ucap Jefri kembali meminta maaf.
"Kamunya kemana aja? Akunya tungguin kamu udah lama banget" balas Michelle.
"Maaf, akunya bantuin kakak aku. Aku juga gak pegang handphone ku, juga lupa kalau harus jemput kamu"
"Kamunya udah lupa ya sama aku?"
"Bukan begitu, tapi-"
"Akunya sendirian, ketakutan dan kehujanan. Gak ada yang tolongin aku, kamunya aku hubungin gak bisa, aku tungguin lama tapi gak dateng juga kamunya" Michelle memotong ucapan Jefri, dia tidak ingin mendengar alasan dari Jefri.
"Maaf.." balasnya.
"Akunya udah berusaha untuk menang, tapi ketika akunya udah menang eh kamunya udah lupa sama aku"
"Maaf.." balas Jefri kembali, merasa sangat bersalah karena lupa harus menjemput Michelle.
"Akunya udah bela-belain ikut lomba karena kamu, tapi kamunya malah tinggalin aku" ucap Michelle kembali, semakin membuat Jefri tertekan.
"Maaf.." balas Jefri kembali, masih saja meminta maaf atas semua kesalahannya. Air mata dari mata Jefri mulai mengalir, air mata yang tidak pernah dikeluarkan olehnya didepan seorang gadis.
Michelle merasakan tangisan dari Jefri itu, Michelle ingin melepaskan pelukan itu, tetapi Jefri menahannya.
"Jefri-Kun..?" sapa Michelle.
"Maafin aku ya.." balasnya.
"Kamunya udah lupa kan sama aku?"
"Bukan begitu, hanya saja kakakku itu.. ketika aku bersama dengannya, semua hal lainnya tidak bisa aku ingat" balas Jefri.
"Meskipun itu janji dengan aku?"
"Ya, seperti begitu" balasnya.
"Saat itu kamu pernah bilang 'perasaan kita terhubung' kan? Apakah saat ini sudah tidak terhubung lagi?" tanya Michelle. Jefri melepaskan pelukan itu, kembali duduk seperti semula, bekas air matanya masih terlihat.
"Tentang itu, aku-"
"Sudahlah, mungkin kamu bukan jodoh aku" Michelle membuka pintu mobil itu, lalu keluar dan berlari meninggalkan Jefri yang masih terkejut dengan pernyataan Michelle.
"Bukan jodoh?"
Jefri ikut keluar, berlari mengejar Michelle yang sudah cukup jauh. Namun masih tetap bisa terkejar olehnya.
Jefri menghentikan Michelle, tangan Michelle digenggam sangat erat oleh Jefri, tidak menginginkan kepergian Michelle.
"Jangan tinggalin aku.." ucap Jefri.
"Kamunya udah lupa sama aku" balasnya. Matanya dengan berani menatap kearah Jefri, sememtara Jefri menundukkan kepalanya.
"Maafin aku.. aku gak ada niatan lupain kamu"
"Dan juga, kamunya gak percaya sama aku. Percuma kita saling menyukai tapi gak saling mempercayai" balas Michelle.
"Aku percaya sama kamu kok"
"Kamu pernah bilang jika kita saling mempercayai maka hati kita akan terhubung. Aku percaya sama kamu, tapi hati kamu gak terhubung denganku, itu artinya kamu gak percaya dengan aku" ucap Michelle semakin membuat Jefri tertekan.
"Bukan begitu.. hanya saja.."
"Udahlah, lebih baik aku pulang sendiri aja" Michelle melepaskan genggaman tangan Jefri, lalu meninggalkannya.
Jefri tertunduk, air matanya masih mengalir karena penyesalannya sendiri. Dirinya masih tidak bergerak dan masih menundukkan kepalanya.
Dengan tiba-tiba, Michelle berbalik arah dan berlari kearah Jefri, dan memeluknya dengan erat.
"Hah?" Jefri terkejut, wajahnya menatap kearah Michelle yang ikut menangis dipelukan itu, wajah Michelle bersembunyi dibadan Jefri.
"Michelle.. ada apa?" tanyanya.
"Selamat ulang tahun ya.." ucapnya.
"Hah?" Jefri kembali terkejut, dia baru ingat kalau dirinya besok berulang tahun, eh hari ini, karena saat itu sudah melewati jam 12 malam.
"Happy sweetseventeen. Semoga panjang umur, sehat selalu, makin rajin ibadahnya dan selalu sayang sama aku ya, jangan tinggalin aku pokoknya" ucap Michelle kembali.
"Terima kasih.. jadi yang tadi itu kamu kerjain aku ya?" tanyanya.
"Maaf ya, Ryota-Sensei juga ada dibelakangmu" balas Michelle.
Jefri menoleh kebelangannya, terdapat Ryota, Guru Koike, Anin, Angel, Meru, Aswid dan Aldi. Mereka membawakan kue yang dibuat oleh Jefri sendiri, kue bergambar Manchester United yang sebelumnya dibuat oleh Jefri dan Ryota. Ryota mengatakan kue itu untuk orang lain, padahal kue itu untuk adiknya sendiri.
"Kalian?"
"Selamat ulang tahun, adikku yang bodoh" ucap Ryota sembari mengangguk, memperbolehkan adiknya dipeluk oleh Michelle.
"Sekarang kamunya udah 17 tahun juga, sama kayak aku" ucap Michelle kembali.
"Terima kasih banyak, dan juga maaf sudah meninggalkanmu"
"Gak perlu meminta maaf, Jefri-Kun. Itu semua sudah direncanakan" balas Michelle.
"Semuanya?"
Michelle membalasnya dengan anggukan.
Jefri melepaskan pelukan itu, lalu membawa Michelle ketempat yang lainnya. Mereka berteduh didepan warung yang sudah tutup.
"Yah, terima kasih udah repot-repot memberiku kejutan" ucap Jefri kepada yang lainnya.
"Kau gak merasakan kejanggalan ya? Aku pikir kejutan ini akan gagal karena bisa dengan mudah kau curigai" tanya Guru Koike.
"Aku gak sadar sama sekali kalau sedang dikerjai" balas Jefri.
"Kau tidak curiga dengan perlombaan yang mendadak?, kue yang dibuat kakakmu tetapi membiarkan dirimu yang membuatnya dan menggunakan gambar club idolamu?, Ryota yang sengaja memperlama dan gak memperbolehkanmu menggunakan handphone?, Michelle yang tiba-tiba marah denganmu, padahal kau tau Michelle itu gak akan pernah marah denganmu" ucap Guru Koike.
"Ya ampun, jadi semua ini sudah direncanakan ya.."
"Dan yang lainnya juga tau jika ini sudah direncanakan?" tanya Jefri.
"Hanya aku, Ryota dan Michelle yang tau" balas Guru Koike.
"Lalu Anin kok ikut?" tanya Jefri kepada Anin yang juga ikut memberikan kejutan ke Jefri.
"Tadi itu aku, Enjel dan Aldi ingin ikut mendukung Michelle, Meru dan Aswid, tapi gak dibolehin dengan Ryota-Sensei, malah aku dibolehinnya pergi bersama mereka malam ini, aku pikir lombanya memang sampai malam seperti ini, eh ternyata buat kejutan kekamu" balas Anin panjang lebar.
"Ngomong-ngomong, tadi kamu menangis ya?" tanya Angel.
"Eh, soal itu.." Jefri tidak bisa menjawabnya.
"Dasar cengeng!" ucap Michelle meledek Jefri. Selama ini Jefri yang selalu meledek Michelle tentang hal ini, kali ini sebaliknya. Meski Michelle sebelumnya juga menangis.
"Bagaimana gak menangis. Akunya udah buat orang yang sayang dengan aku kecewa, menangis, kehujanan, kesepian dan sendirian, dan juga aku melupakannya" balas Jefri.
"Emangnya aku sayang sama kamu ya?"
"Gak penting kamunya sayang atau enggak, yang terpenting kamunya gak boleh tinggalin aku seperti tadi" balas Jefri kembali.
"Aku males main bareng sama orang cengeng kayak kamu, wekk😝" ucap Michelle kembali meledek, sembari menjulurkan lidahnya.
Jefri menepuk kepala Michelle.
"Kamu juga tadi menangis ya.." balasnya.
"Kuhh!"
"Tapi kan akunya-"
"Tuh kan gak mau dibecandain, tapi mau becandain aku" Jefri memotong ucapan Michelle, membuatnya terdiam.
~~
"Oh iya, piala ini kamu yang bawa ya" Jefri memberikan piala yang juga ikut basah itu kepada Michelle.
"Kamu aja yang bawa, itu untuk kamu kok" balas Michelle.
"Untuk piala, ditaruh disekolah" ucap Guru Koike.
"Yaudah deh, taruh disekolah aja" balas Michelle.
"Ngomong-ngomong, kalian ganti pakaian dulu sana. Didalam mobil itu sudah aku sediakan pakaian untuk kalian berdua" ucap Ryota, ternyata dirinya sudah tau jika Michelle dan adiknya akan basah terkena hujan.
"Sudah disediakan?" tanya Jefri karena seolah Ryota tau jika hal yang baru saja terjadi sudah ada dipikirannya.
"Ya, aku hanya menebak dan ternyata tebakkanku benar. Payung yang aku sarankan juga berguna kan?" balas Ryota, bertanya kepala Michelle perihal payung yang disarankan untuk dibawa oleh Michelle.
"Payungnya terbang tertiup angin, akunya jadi kena hujan deh" balas Michelle.
"Ya udah, kalian ganti pakaian dulu, nanti malah sakit kalau basah seperti ini"
"Aku ganti berdua dengan Jefri-Kun ya?" tanya Michelle langsung ditolak oleh Ryota.
"Tidak boleh, Michelle salin didalam mobil, Jefri salin dibelakang disamping warung ini" balas Ryota.
"Tapi, akunya takut Ryota-Sensei" ucap Michelle.
"Kan ada Anin, Enjel dan Meru" balas Ryota.
"Gamau ah, nanti mereka intipin aku"
"Kalian kan sama-sama wanita, sedangkan jika dengan Jefri, kalian itu bukan muhrim" balas Ryota.
"Yaudah deh aku sendirian aja"
Michelle dan Jefri mengambil pakaian mereka didalam mobil itu, ketika memasuki mobil itu Michelle mengunci pintu mobil itu, tidak memperbolehkan Jefri meninggalkannya.
~~
Selang beberapa menit, Jefri dan Michelle keluar bersamaan, dengan pakaian yang sudah terganti. Wajah Jefri terlihat memerah.
"Loh kalian ganti pakaian bareng?" tanya Anin.
"Michellenya kunci aku didalam, akunya gak dibolehin keluar" balas Jefri.
"Akunya takut sendirian" balas Michelle.
"Dan wajahmu memerah, Jefri" ucap Angel.
"Michellenya tanya keaku yang aneh-aneh, akunya bingung mau jawab apa" balas Jefri.
"Kamunya aku tanyain malah jawabnya gak tau-gak tau aja" ucap Michelle.
"Akunya gak ngerti tentang pertanyaan kamu tadi"
~~
"Mungkin sampai disini saja" ucap Jefri.
"Hm. Sekali lagi, selamat ulang tahun Jefri-Kun.. semoga bisa bertemu dengan aku didunia asli, meski hanya sebatas idola dan fansnya"
!!
Komentar
Posting Komentar